Karena satu tahun adalah waktu yang
panjang untuk dijalani,
Tapi singkat untuk dikenang.
.
.
Satu
tahun kemarin sudah buat apa saja? Sebuah pertanyaan sederhana yang jawabannya
bisa jadi sepanjang jalan kenangan.
Tahun
kemarin saya mendapatkan sebuah posisi baru dipekerjaan. Tahun kemarin saya
pergi ke tempat-tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Tahun kemarin
saya melakukan banyak hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya makan
banyak makanan baru. Saya menonton banyak film. Saya membaca banyak buku. Dan
salah satu Resolusi Tahun Baru saya untuk kembali menulis lagi berhasil
dilakukan dipenghujung tahun. 5 cerita Oneshoot tapi cukup untuk membuka mata
saya, bahwa menulis itu bukanlah wangsit yang turun dari langit, tapi perlahan
membaik dengan dilatih.
Tahun
kemarin saya belajar banyak hal yang baru. Tahun kemarin saya merasakan apa itu
depresi yang sebenarnya. Tahun kemarin saya nyaris mencoba apa yang orang lain
sebut dengan bunuh diri. Tahun kemarin saya merasakan seperti apa rasanya
memiliki mental yang rusak. Perasaan-perasaan baru yang sebelumnya belum pernah
saya rasakan, atau mungkin sudah pernah, tapi saya terbiasa mengabaikannya.
Tahun kemarin saya belajar bagaimana untuk berdamai dengan diri sendiri.
Terasa
lama untuk dijalani, tapi sebentar untuk diingat.
Tahun
kemarin saya, untuk pertama kalinya, mengajak Mamah jalan-jalan ke Yogya dengan
uang yang saya cari sendiri. Modus memilih Yogya sebagai lokasinya adalah
karena cita-cita sederhana ingin berdiri di tempat yang sama dengan Ueda
Tatsuya. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Karena pada dasarnya
memang tidak ada hari yang sempurna, banyak hal yang kurang hari itu. Tapi
karena saya tetap tersenyum setiap kali mengingatnya, saya mengkategorikannya
sebagai kenangan yang menyenangkan.
Tahun
kemarin saya mendapatkan tanggung jawab baru di pekerjaan. Sebuah posisi yang
dulu hanya bisa saya kagumi. Dulu saya berpikir bahwa jalan saya masih sangat
panjang untuk dapat duduk di posisi itu. Tapi sebuah tawaran datang di hari
yang cerah. Saya masih tergolong baru. Saya buta mengenai banyak hal. Saya
menganggap diri saya tidak sanggup dengan tanggung jawab yang ditawarkan. Tapi
disaat yang bersamaan, saya dapat merasakan ada sebuah kegirangan yang nyata.
Karena ternyata kepercayaan dan usaha saya selama ini tidaklah sia-sia. Dengan
dalih “ingin mencoba’ saya bergerak maju. Sulit dan melelahkan seperti yang
telah saya duga. Tapi entah kenapa saya tidak memiliki keinginan untuk menyerah
sama sekali. Apa yang saya kerjakan sekarang adalah hal yang menyenangkan.
Tahun
kemarin saya depresi. Sebelumnya, saya selalu menganggap bahwa depresi adalah
sesuatu yang kita buat sendiri. Karena kita terlalu cengeng, dan karena kita
terlalu meratapi nasib. Intinya, dulu saya murni menganggap bahwa depresi
adalah hal bodoh yang tidak mungkin terjadi dalam hidup saya. Tapi ternyata,
Tuhan selalu tahu cara terbaik untuk mendidik saya. Tahun kemarin saya
merasakannya sendiri. Tidak, depresi itu bukan seperti yang kalian tonton di
film-film. Depresi itu bukannya kalian mogok makan atau menangis sepanjang
malam. Depresi yang saya rasakan rasanya seperti sebagian jiwa saya telah
menghilang.
Tidak
ada hal yang aneh. Saya tetap bekerja seperti biasa. Saya bercanda dan tertawa.
Saya bahkan tetap bisa memberikan segelintir kata-kata penyemangat pada seorang
sahabat yang saat itu dalam masalah. Tapi, dibalik itu semua, saya sangat sedih
dan marah. Saat itu saya marah pada keadaan. Saat itu saya marah pada Tuhan.
Walaupun hidup saya terlihat baik dan menyenangkan. Diam-diam saya berpikir
untuk mati. Karena rasanya menyakitkan untuk hidup dan bernapas di dunia yang
saya benci. Karena rasanya melelahkan untuk menangis dan tertawa di waktu yang
bersamaan. Karena rasanya sedih sekali ketika saya yakin tidak akan ada orang
yang mengerti seperti apa rasanya jadi saya.
Seseorang
yang bahkan terlalu jauh untuk saya sebut teman, bersedia mendengarkan hal-hal
liar yang ada diotak saya. Dia mendengarkannya dengan sabar. Berkata dengan
lembut walaupun saya belum pernah mendengar suaranya. Dia bilang bahwa saya
sedang ‘menggugat Tuhan’. Dia bercerita bahwa dia pernah ada di posisi itu dan
untuk pertama kalinya saya percaya bahwa dia mengerti sepenuhnya apa yang saya
rasakan. Karena dia pernah ada diposisi itu.
“Kamu
terlalu berharga untuk patah.”
Bertemu
pun belum, tapi dia telah menganggap bahwa saya berharga. Sekarang pun saya
tetap menangis jika mengingat kata-katanya saat itu.
Tapi
kamu harus tahu, lupa bahwa kamu pernah ingin mati adalah hal yang nyaris tidak
mungkin. Tidak terhitung berapa kali saya berpikir untuk loncat ke jalan raya
yang ramai, atau berapa kali saya berpikir untuk mencari racun serangga
terdekat, atau seberapa sering saya berpikir untuk membeli cutter di minimarket
terdekat. Saya tetap ingin mati walaupun saya sedang tersenyum dan tertawa.
Waktu
bergerak maju, tapi waktu itu saya memilih untuk mundur. Saya mengambil
beberapa hari absen dari kehidupan untuk berdamai dengan diri saya sendiri.
Juga untuk belajar berdamai dengan kehidupan. Berdamai dengan situasi. Berdamai
dengan Tuhan. Kamu yang pernah ada di posisi saya pasti tahu bagaimana sulitnya
untuk memulai kembali kehidupan. Tapi perasaan saat bangun di pagi hari dengan
mental yang perlahan pulih adalah sensasi yang menakjubkan.
Tahun
kemarin saya juga merasakan jatuh cinta. Juga patah hati. Juga dicintai.
Kehidupan selalu terasa lebih normal ketika diceritakan daripada dijalani.
Tahun
kemarin saya ingat betapa saya sangat merindukan seorang sahabat yang sekarang
tak dekat lagi. Berdoa dalam hati semoga dia juga merindukan saya. Karena
rasanya berbeda ketika dirinya ada disini dan tidak.
Tahun
kemarin saya bertegur sapa dengan teman lama. Membuat saya ingat bahwa
masa-masa yang dulu terasa sangat berat untuk dijalani pada akhirnya akan menjadi
cerita yang menyenangkan.
Tahun
kemarin saya mendapat teman-teman baru. Meraka yang cukup sial karena jalannya
harus bersinggungan dengan makhluk apatis melankolis seperti saya. Mereka semua
terlihat seperti berbagai jenis bunga dengan warna dan ukuran yang berbeda.
Mereka memiliki sifat mereka sendiri tapi rasanya selalu menyenangkan untuk
duduk bersama.
Tahun
kemarin saya juga menyakiti banyak orang. Saya berbohong dan lari. Saya
mengatakan kata-kata yang tidak seharusnya saya ucapkan. Tindakan-tindakan yang
seharusnya tidak saya lakukan. Pendapat-pendapat yang tidak seharusnya saya
utarakan. Bagaimana caranya untuk minta maaf pada banyak orang?
“Jika
kamu sedang membaca ini sekarang, aku ingin kamu tahu aku menyesal. Maaf ya.”
Tahun
kemarin ternyata saya mengalami banyak hal. Saya berharap dapat menyimpannya
dalam hati selamanya. Karena semua itu adalah pengalaman berharga yang perlahan
membentuk saya menjadi pribadi yang saya inginkan.
2018
adalah tahun yang menyenangkan.
Tahun
ini mau buat apa?
Resolusi
Tahun Baru saya kali ini sederhana. Kembali produktif menulis, belajar banyak
hal-hal baru dalam kehidupan. Bertemu dengan orang-orang hebat yang bahkan
tidak pernah saya bayangkan. Tahun ini saya ingin mempersiapkan diri, untuk
mewujudkan mimpi yang saya tahu tidak akan lama lagi.
Rasanya
sedikit menakutkan jika harus dibayangkan. Karena saya tahu hidup tidak pernah
berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan. Tapi selama saya selalu
berjalan, saya tahu perlahan saya akan mengerti. Menjadi dewasa dengan cara
saya sendiri.
Happy
New Year 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar