Kamis, 24 Agustus 2017

Speak More than Words?

Kerena ketika hati bertanya “Kau bisa apa?”
Goresan tinta pena pada kertas putih adalah jawaban terbaik.

.
.
.


    Banyak hal yang sejujurnya lebih baik tetap tersimpan dalam hati daripada harus dikatakan. Kerena seringkali kata-kata hanya menjadi alat pelarian. Kambing hitam yang terus disalahkan atas pergantian makna didalamnya. Namun terkadang ada juga waktu dimana kata-kata menjelaskan lebih banyak dari yang kita bayangkan. Bukan soal banyaknya kata atau indahnya farasa, tapi tentang coretan yang dibuat hati-hati menggunakan emosi.

    Seperti menyukai sesuatu yang kita tidak tahu bagaimana rupanya. Menyayangi sesuatu yang belum pernah tersentuh. Dan mencintai hanya karena apa yang ditangkap oleh telinga. Segala euphoria “rasa” yang akhirnya meledak diatas kertas putih. Dan “menulis” telah mengungkapkan segalanya.

    Bukan hanya karena rupa, juga bukan hanya karena suara. Kepuasan pribadi yang melambung ketika bau tinta tercoreng di buku using yang lama berdebu dibawah ranjang. Mendokumentasikan cerita dan angan menjadi sesuatu yang abadi. Yang tak terbatasi, yang tak lagi terungkapkan. Yang terpendam maupun yang dengan bangga terceritakan.

    Bersama insitas fana bernama “rasa”. Tanpa bukti, namun berbekas bak jejak sekawanan gajah pada padang yang basah.
    Kemudian perlahan kembali menaruhnya. Kesudut terjauh yang nyaris tak terjamah. Untuk kembali mengundang debu, juga angin melodi. Menunggu hingga nanti, ketika sang pena kembali berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar