Rabu, 26 Juli 2017
Stuck in the Past
Be careful what you wish for,
'Cause you just might get it all.
.
.
Karena semua anak kecil bermimpi untuk mandiri.
.
.
Ada waktu dimana hari dimulai dengan suara cicitan segerombolan burung camar yang mulai mencari makan. Dimana adalah harum asin laut yang pertama kali masuk ke penciuman mu. Dan angin dingin sisa malam badai yang baru saja berlalu.
Rutinitas berikutnya adalah berjalan menuruni tangga kayu yang berderap tiap kali kaki mu melangkah. Hingga kemudian terdengar suara dentingan sendok di cangkir teh yang membuatmu tersadar bahwa hari telah dimulai. Perlahan bersama matahari yang tidak lagi hangat.
.
.
Ada waktu dimana sore mu ditemani oleh panasnya matahari terbenam yang menerobos masuk melalui jendela kamar. Yang kamu terima begitu saja tanpa mau repot menutup tirai merah berusia tahunan itu. Tetap berkutat dengan buku penuh gambar yang tak lagi bagus bentuknya.
.
.
Ada waktu dimana kamu benci hidup mu. Dan ada waktu dimana kamu mensyukuri semuanya. Duduk di beranda kayu itu. Menekuk lutut memandang ke kejauhan. Berharap angin yang kamu kenal itu mengerti segalanya.
.
.
Ada waktu dimana semuanya berubah.
.
.
Tak ada lagi bau asin laut. Tak ada lagi bunyi cicitan burung camar atau derak kayu disekitar mu. Tak ada lagi dentingan sendok di cangkir teh yang selalu terlalu manis itu.
.
.
Ada waktu dimana kamu mengerti semuanya. Menerimanya dan melupakannya. Tetap berjalan tanpa perlu menengok. Percaya bahwa sesuatu bernama waktu akan membawa semuanya pergi.
.
.
Dan kamu bergerak maju.
.
.
Berjalan.
.
.
Berlari.
.
.
Melupakan.
.
.
Kemudian terjatuh dan sendirian.
.
.
.
.
.
Ada waktu dimana kamu berharap terbangun karena cicitan camar. Bau asin laut dan asin sisa badai semalam.
.
.
Ada waktu dimana kamu berharap mendengar lagi suara dentingan sendok itu.
.
.
Dan ada waktu dimana kamu kembali memilih untuk melupakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar